PAGARALAM – Ikan Semah terkenal sangat gurih dan lezat luar biasa rasanya, sisiknya pun dapat diracik sedemikian rupa menjadi gulai yang rasanya juga aduhai gurihnya. Pendek cerita ikan Semah bukan hanya terkenal dan menjadi ikan maskot kota Pagaralam, Lahat, Empat Lawang dan sekitarnya, tapi dikenal luas dikalangan masyarakat Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu. Namun sayang keberadaan ikan semah semakin hari semakin langkah dan semakin sulit didapatkan.
Ikan Semah dahulunya banyak terdapat di Sungai Besemah, Lematang, Selangis, Endikat, Kerinci, dan sungai lainnya di Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu. Semah hidup di habitat sungai air deras, jernih , dan banyak bebatuan besar, warna sisiknya putih kehitaman saat kecil dan semakin besar ukuran Semah maka sisiknya semakin kuning keemasan warnanya. Ikan Semah yang besar ukurannya dapat mencapai 10 kg atau lebih, namun susah sangat sulit didapatkan.
Kepada Kabardesa.com, Rabu, (26/10) Ketua Datuk Patani Susno Daudji menceritakan, konon salah satu suku di Sumatera Selatan, dinamakan Suku Besemah dikarenakan ada suatu suku bermukin disepanjang dan sekitar aliran suatu sungai, dan pada sungai tersebut ditemukan ikan Semah, maka nenek moyang suku tersebut menamakan sukunya adalah (Be) Semah. Be berasal dari awalan Ber , awalan Ber yang menunjukan arti mempunyai atau terdapat sesuatu, Besemah diartikan bahwa di sungai tersebut terdapat ikan Semah.
“Sehingga sungai yang belum punya nama tersebut dinamai sungai Besemah, dan masyarakat adat yang tingggal di sekitar aliran sungai tersebut dinamakan suku Besemah. Pemerintah kolonial Belanda menyebut nya Pasemah. Untuk menjadi ikan semah ada tiga tahap, yaitu saat anakan disebut Buli, kemudian ukuran sekitar 500 gram ke bawah disebut Cengkak warna sisiknya putih kehitaman, di atas ukuran 500 gram sisiknya sudah berubah warna kuning keemasan dinamakan Semah,” cerita Susno.
Dia kemudian melanjutkan ceritanya, sebelum tahun 1970 masih sangat mudah untuk mendapatkan ikan Semah baik dengan cara memancing, menjala maupun cara penangkapan ikan tradisional lainnya di sungai – sangai tersebut, namun saat ini susah sekali untuk mendapatkan ikan semah, apalagi dalam ukuran besar.
Ada beberapa fakto penyebab langkanya ikan semah, diantaranya adanya penangkapan ikan memakai racun, potasiun, strum aliran listrik dan lainya, yang dapat memusnahkan sampai ke anakan ikan. Kondisi sungai yang semakin dangkal, debit air semakin berkurang dan keruh.
Untuk mengatasi kelangkaan ikan Semah ada beberpa tokoh masyarakat yang peduli akan nasib ikan semah salah satu jenis ikan maskot Sumatera Selatan ini, seperti Bapak H. Djazuli Kuris mantan Walikota Pagaralam, dan Bapak H. Sukadi mantan Wakil Bulati Lahat yang berinisiatif menangkarkan ikan semah di kolam air deras, dan berhasil dengan baik.
“Harga ikan Semah untuk ukuran besar dapat mencapai Rp 100 ribu lebih per/kg, tergantung ukuran besar ikan Semah. Ikan semah kalau ditangkar dan dibudidayakan di kolam air deras nenyerupai habitatnya ternyata hidup dan berkembang biak dengan baik. Dan tentunya kalau diusahakan dengan baik maka akan memberikan penghasilan yang cukup lumayan bagi petani peternak ikan semah. Karena harga per kilo ikan semah yang cukup mahal, dan kalau ada yang jual maka dalam hitungan jam akan ludes habis terjual,” urainya lagi.
Ujang warga Dempo Selatan, Kota Pagaralam salah seorang pemburu ikan Semah mengatakan bahwa dahulu sangat mudah mendapatkan ikan Semah di sungai Besemah atau sungai endikat baik dengan cara memancing atau menjala.
“Dulu pernah kami mendapat ikan Semah ukuran besar sekitar 10 kg dan warnanya sudah sangat kuning menyerupai emas, tapi sekarang untuk mendapatkan yang ukuran 2,5 kg pun sudah sangat sulit,” katanya.
Apabila produksi ikan semah sudah cukup memadai, tentunya akan menjadi daya tarik sendiri apabila ada restoran atau warung yang menyediakan menu ikan semah dengan berbagai jenis masakan, sudah barang tentu hal ini akan menjadi dayak tarik sendiri untuk wisatu kuliner di Sumatera Selatan.
“Untuk menjaga dan mencegah agar ikan Semah tidak punah, sudah saatnya pemerintah khususnya pemerintah daerah lebih serius mengambil langkah mencegah dan menindak masyarakat yang memburu ikan Semah yang menggunakan racun, potasium, dan yang membahayakan kelestarian ikan Semah.
Memperbaiki kondisi habitat kehidupan semah yang saat ini sudah sangat tercemar, mempelopori penangkaran dan budi daya ikan Semah,” harap Susno. (IS/SD)