Nusantara Sehat di Tanah Papua / Dok. Nesya
Nusantara Sehat di Tanah Papua / Dok. Nesya

“Selagi Muda, Selagi Kuat, Selagi Bisa, Nothing Impossible !! Sebaik-baik manusia ialah manusia yang bermanfaat”

Kalimat inilah yang selalu membara di relung hati saya dalam melewati masa muda. Sehingga, dengan mengalirkan kalimat berenergi positif ini kedalam jiwa, maka selalu akan terwujud tindakan-tindakan yang positif pula.

Nusantara Sehat adalah wadah yang tepat untuk mengabdikan diri dan mengekspresikan “kebermanfaatan untuk sesama”.

Saya hanya ingin hidup saya berarti! Karena Tuhan menciptakan dan menghadirkan saya di dunia ini, pasti mempunyai arti. Saya pemuda Indonesia, elemen bangsa yang tentu ikut memikul beban dan masalah Negara. Menjadi bagian dari peradaban bangsa ialah hal yang saya rasa perlu dan harus dipahami oleh pemuda-pemuda bangsa. Soal masalah Negara yang tak kunjung selesai, tak akan hanya bisa diselesaikan oleh sebelah pihak (pemerintah). Pemuda harusnya ikut turun tangan.

Kesadaran inilah yang menjadi melatarbelakangi saya menyediakan diri untuk bergabung di Nusantara Sehat.

Nusantara Sehat sendiri adalah program yang diselenggarakan oleh Kementeriaan Kesehatan RI yang tujuannya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup preventif, promotif, dan kuratif dengan melibatkan tenaga kesehatan muda yang akan ditempatkan di daerah pelosok dan perbatasan Nusantara.

Dengan latar belakang yang saya punya sebagai tenaga kesehatan, sudah selayaknya saya menerjunkan diri dan melihat lebih dekat kondisi kesehatan bangsa. Khususnya saudara-saudara kita yang berada di pinggiran, ujung Indonesia, yang tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Meskipun dengan keterbatasan yang saya punya, saya hanya ingin memanifestasikan ilmu saya, walau ilmu yang saya punya masih sedikit.

Kalau bukan saya, siapa lagi?

Keluar dari zona aman dan menunjukkan aksi nyata adalah tindakan yang dibutuhkan pertiwi. Bukan hanya demonstrasi, tuntutan ke pemerintah, tanpa ada kontribusi nyata, inilah sikap pemuda yang sangat disayangkan oleh Ibu pertiwi.

Sudah saatnya kita bersinergi. Tentu masalah tak akan bisa kita selesaikan sendiri. Kita (pemuda bangsa) harusnya berkolaborasi!

Kampung Kombut, Kampung Terpencil dan Perbatasan Indonesia

Pembekalan Tim NS / Dok. Nesya
Pembekalan Tim NS / Dok. Nesya

Sebelum pemberangkatan ke tempat penugasan, tim Nusantara Sehat mendapatkan pelatihan bela negara di Rindam Jaya dan Pusdikkes TNI AD Jakarta untuk pemantapan mental sebelum menghadapi tempat yang beresiko. Pelatihan bela Negara diadakan sejak 28 Oktober hingga 4 Desember 2015 dan setelahnya pemberangkatan ke tempat penugasan yang langsung dilepaskan oleh Bapak Wakil Presiden Yusuf Kalla dan Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) di Monumen Nasional, DKI Jakarta.

Puskesmas Kombut / Dok. Susilawati Hamzah
Puskesmas Kombut / Dok. Susilawati Hamzah

Dan saya mendapatkan tempat penugasan di Puskesmas Kombut. Yang lokasinya bertempat di Kampung Kombut, Distrik Kombut, Kabupaten Boven Digoel, PAPUA. Daerah ini termasuk daerah perbatasan dan sangat terpencil.

Pembekalan Tim NS / Dok. Nesya
Pembekalan Tim NS / Dok. Nesya

Saya tidak sendiri, dalam satu Tim NS yang ditempatkan di sana ada lima orang termasuk saya, Nesya Ardella Simamora, AM.AK (Ahli Teknologi Laboratorium Medis) dan lainnya adalah Stenly Ismael Benusu, S.KM ( Tenaga Kesehatan Masyarakat), Susilawati, S.Farm ( Tenaga Farmasi), Nelly Dameria Sinaga, Amd.Keb ( Bidan), dan Nur Annisa, Amd.Gz (Ahli Gizi).

Kiri : Susilawati, S.Farm, Nur Annisa, Amd.Gz, Stenly Ismael Benusu, S.KM, Nelly Dameria Sinaga, Amd.Keb, Nesya Ardella Simamora, AM.AK/ Dok. Nesya
Kiri : Susilawati, S.Farm, Nur Annisa, Amd.Gz, Stenly Ismael Benusu, S.KM, Nelly Dameria Sinaga, Amd.Keb, Nesya Ardella Simamora, AM.AK/ Dok. Nesya

Malam itu, tepatnya di Rindam Jaya tempat kami menerima pelatihan bela negara selama 40 hari, disaat detik-detik pengumuman lokasi penempatan. Degub jantung begitu keras, entah mengapa. Meski sudah siapkan diri tapi tetap tak ada alasan yang jelas untuk deg-degan. And finally, feeling benar-benar kuat. Saya dapat penempatan di Papua.

Langsung saya koordinasi dengan tim yang sudah dibentuk oleh Kemenkes, dan mempelajari hasil riset peta kondisi dan potensi wilayah tempat penugasan dan coba berimajinasi tentang tempat penugasan. Namun saya sangat bahagia, karena yakin akan banyak cerita yang saya dapat meski setelah mepelajari potensi wilayahnya, begitu mencengangkan dan menantang, adrenalin saya saat itu kian memuncak. Bersama teman-teman satu tim dari latar belakang, asal daerah, agama, budaya yang berbeda dan yang belum saya kenal sama sekali. Tapi saya yakin, kami pasti bisa karena kita memiliki semangat dan tujuan yang sama.

Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Cukup Memprihatinkan

Kabupaten Boven Digoel merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Papua yang masih berkutat dengan permasalahan kesehatan masyarakat yang cukup komplek. Hal ini tidak terlepas dari faktor infrastruktur yang sangat kurang memadai sehingga akses pelayanan kesehatan primer tidak berjalan baik.

  • Data dari Litbangkes, bahwa kabupaten Boven Digoel termasuk ke dalam sepuluh daerah terbawah dalam IPKM ( Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat ) Tahun 2013 tingkat Nasional.
  • Letak teritori yang berbatasan langsung dengan negara Papua New Guine (PNG) dengan mobilisasi penduduk dari dan keluar PNG yang masih tinggi sehingga sulitnya melakukan pendataan status derajat kesehatan masyarakat dan tidak tersentuh oleh pembangunan.
  • Jumlah kepala keluarga yang tercatat dalam wilayah kerja Puskesmas Kombut sebanyak  234 KK dan seluruhnya dalam taraf ekonomi miskin.

Tidak hanya itu, masih ada permasalahan lain yang ada di daerah sana.

  • Belum adanya sanitasi dasar (Jamban sehat), sehingga masyarakat kerap sekali jauh dari perilaku hisup bersih sehat (PHBS)
  • Cakupan rumah sehat masih rendah yaitu 25 %
  • Tenaga pengelola dan analisis data puskesmas belum ada
  • Masih rendahnya cakupan Kesehatan ibu dan anak. Masih kentalnya adat dan budaya masyarakat sehingga mereka lebih memilih untuk melakukan persalinan di dalam hutan disbanding dibantu oleh tenaga kesehatan setempat.
  • Kuantitas SDM Kesehatan yang tidak mencukupi kebutuhan daerah
    Akses pendukung pelayanan kesehatan kurang memadai seperti fasilitas kesehatan, listrik, transportasi, internet, kantor pos,wartel, dll
  • Sumber air bersih yang terbatas
  • Manajemen kefarmasian yang kurang

Masyarakat Menyambut Hangat

Ketika mobil kami berhasil sampai didepan puskesmas setelah melewati medan perjalanan yang sangat buruk, jalanan berlumpur tebal sehingga sangat sulit untuk melewatinya ketika hujan. Warga berdatangan mengikuti mobil kami. Termasuk aparat kampung juga turut menyambut kami dengan hangat.

Dok. Nesya
Dok. Nesya

Mereka ikut membantu mengangkat barang-barang kami dan menghantarkan kami ke barak tempat kami akan menikmati hidup selama dua tahun di penempatan. Senyum dan sapa yang hangat membuat kami merasa lebih tenang setelah melihat kondisi tempat tinggal kami yang sangat jauh berbeda dengan sebelumnya. Mereka juga menemani kami menyusuri jalanan untuk orientasi kampung.

 

Pola Pikir Masyarakat Salah Satu Kendala Tim NS

Dalam melaksanakan program selama beberapa bulan, tim kami banyak mendapat hambatan. Untuk melaksanakan kegiatan rutin puskesmas keliling saja, kita harus melalui medan yang sangat beresiko. Dengan kondisi jalan yang sangat sulit dilewati ketika hujan, maka sangat  ditakutkan ban motor puskesmas yang satu-satunya sebagai transportasi puskesmas meluncur ke bawah jurang. Hujan kadang menjadi hambatan besar kita untuk melaksanakan program.

Bukan hanya masalah insfrastruktur saja yang menjadi kendala kami.

  • Seluruh warga dalam taraf ekonomi miskin. Sehingga kadang menyulitkan kita memberikan penyuluhan-penyuluhan sebab warga tidak akan memikirkan lagi “bagaimana cara hidup sehat” tapi mereka lebih berfikir “bagaimana agar bisa makan hari ini”.
  • Budaya mabuk yang sudah biasa. Budaya mabuk yang masih menjadi hal lumrah di wilayah kerja kita, kadang menimbulkan keresahan dan ketakutan terhadap diri kita sendiri. Apalagi dalam peringatan hari besar. Untuk mengubah pola kebiasaan warga ini, penuh tantangan harus secara perlahan.
  • Kejahatan fisik kerap terjadi. Budaya mabuk ini memang tak jarang berujung pada tindak kejahatan, pernah suatu ketika tim NS mendapat kejahatan motif pemerkosaan yang dilakukan oleh lima pemuda. Hal ini menyebabkan trauma yang luar biasa bagi tim NS, sehingga kita ingin dievakuasi demi pemulihan secara psikis. Namun, sangat disayangkan, tidak ada tanggapan dari pemerintah setempat.
  • Distrik kombut didominasi oleh Suku Muyu. Budaya melahirkan di dalam hutan dengan hanya tinggal di sebuah gubuk kecil yang dibuatkan suaminya. Konon katanya, darah persalinan mengeluarkan hawa panas yang menyebabkan ilmu/kesaktian laki-laki muyu hilang disebabkan darah tersebut. Sehingga sebelum masa persalinan tiba, suami-suami di Suku Muyu mengasingkan istrinya ke dalam hutan sampai beberapa hari setelah melahirkan. Sehingga hal ini menyebabkan sulitnya tenaga kesehatan untuk memberikan pertolongan persalinan yang lebih baik dan penuh tantangan untuk merubah budaya yang sudah mengakar ini.

Program Tim NS di Kombut

Membantu Mengajar di Sekolah / Dok. Nesya
Membantu Mengajar di Sekolah / Dok. Nesya

Adanya sekolah namun ketersediaan pengajar yang kurang mengharuskan kami juga turut membantu untuk memberikan pelajaran sekolah dasar serta pendidikan kesehatan dini terhadap anak-anak sekolah. 

Dok. Nesya
Dok. Nesya

Setiap bulan kami menjalankan program rutin posyandu untuk anak-anak di distik kombut. Kami juga melakukan pendataan status kesehatan masyarakat dengan survei cepat serta melakukan kunjungan rumah untuk mulai mendekatkan diri dan mengenalkan pengobatan medis kepada warga Kombut.

Dok. Nesya
Dok. Nesya

Distrik Kombut memiliki 4 kampung/wilayah kerja puskesmas. Hanya tersedia satu puskesmas kombut di Kampung Kombut sendiri sedangkan di kampung lainnya hanya tersedia puskesmas pembantu dan tidak adanya tenaga kesehatan di tempat. Maka mengharuskan kami melakukan puskesmas keliling ke empat kampung tersebut.

Kader Kesehatan / Dok. Nesya
Kader Kesehatan / Dok. Nesya

Tentu tenaga kesehatan tidak dapat bekerja sendiri, kami juga memilih warga yang bersedia dan mampu menjadi kader kesehatan di kampung setempat. Dengan pembekalan dan pelatihan dari tenaga kesehatan, maka program puskesmas dapat kami jalankan dengan baik dengan terlibatnya kader kesehatan yang merupakan bagian dari warga kombut sendiri.

3 KOMENTAR

  1. Saya memiliki anggota keluarga yang Juni 2016 ini hendak ditempatkan di Papua. Kejadian pemerkosaan yang diceritakan Nesya Ardella Simamora menambah kekhawatiran saya. Mohon dijelaskan bagaimana tindak lanjut kejadian tersebut, kenapa saya tidak mendengarnya dari media.

    Mbak Nesya bisakah saya meminta alamat email Anda? Atau seseorang tolong beri saya kontak mbak Nesya.

    Terima kasih. 🙂

    Salam.
    (Dedy S. Anggoro | [email protected])

    • Tidak perlu khawatir Pak, tenang sudah saya sampaikan ke Mbak Nesya, nanti supaya bapak dihubungi ya. Yang terpenting adalah jangan berpikiran negatif terlalu jauh. Di sana tetap aman kok, banyak masyarakat yang welcome sama pendatang baru, apalagi tujuannya positif untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sana. 🙂 Keep Positive Thinking ya Pak.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here