KabarDesa.com – Ironis sekali, dengan mereklamasi sungai dan menggusur tempat penampungan sampah desa, lapangan futsal didirikan di pinggiran Kota Surabaya. Reklamasi, sebuah tindakan memperluas tanah dengan memanfaatkan daerah yang semula tidak berguna dengan cara menguruk laut, rawa-rawa maupun sungai.
Beberapa bulan terakhir sering kita mendengar penolakan reklamasi ini, seperti di Bali dan Jakarta.
Awalnya saya kira ini hanya terjadi di kota besar saja, namun alangkah kagetnya saat pulang ke desa kelahiran saya di Jawar Tambakdono, Sumberejo, Kecamatan Pakal, Surabaya, saat melihat sungai yang dulunya berfungsi sebagai aliran air menuju sawah dan area tambak sekitar telah diurug dan diubah menjadi lapangan futsal.
Tak hanya sungai, bak tempat penampungan sampah pun ikut menjadi korban proyek akal-akalan tersebut. Pembangunan yang semau-udel-nya ini di pelopori oleh salah satu anggota dewan terpilih yang tinggal di desa tersebut.
Tanpa rembukan, apalagi mendengarkan saran dari warga, ujug-ujug survey, diurug dan bangun. Apakah itu yang namanya demokrasi?
Boleh-boleh saja membangun fasilitas umum, namun perlu di kaji ulang kemanfaatan dan kerugian bagi warga khususnya, dan alam pada umumnya.
Invasi reklamasi ini saya rasa sangat-sangat merugikan tak bermanfaat. Pembodohan yang sangat nyata. Pembangunan lapangan futsal tersebut mengakibatkan banyak kerugian.
Pertama dengan diurugnya sungai tersebut otomatis secara langsung tambak dan sawah di sekitar tak bisa lagi teraliri air.
Dampak yang kedua, sirkulasi air jadi terhambat, jika terjadi hujan besar atau banjir kiriman tidak menutup kemungkinan air akan meluap ke pemukiman.
Yang ketiga, tak ada lagi depo sampah malah ‘merangsang’ warga membuang sampah sembarangan. Apalagi dalam beberapa tahun kedepan Pemkot Surabaya mengarahkan pengembangan daerah wilayah pinggiran Kota Surabaya.
Saat ini Gelora Bung Tomo telah berdiri megah di wilayah Sumberejo. Harga tanah sekitar kini naik tajam, banyak warga pendatang yang membeli tanah di daerah tersebut. Perumahan-perumahan baru mulai berdiri satu-persatu. Kepadatan penduduk semakin bertambah signifikan. Apabila pembangunan tak tertata, jangan harap kita akan berjaya. Jika diteruskan seperti itu bukan tidak mungkin banjir semkain besar dan menenggelamkan perkampungan.(el)