KabarDesa.com, Banyumas – Lima ratus kader muda Nahdlatul Ulama (NU) yang tergabung dalam GP Ansor, Banser, Fatayat, IPNU, dan IPPNU se-Kecamatan Ajibarang, Banyumas berikrar kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pembacaan ikrar kesetiaan NKRI dilakukan saat acara apel kesetiaan NKRI pada peringatan hari lahir (harlah) GP Ansor Ke-83 dan Fatayat NU Ke-67 di halaman Pendapa Kecamatan Ajibarang, Senin (24/4).
Ketua panita kegiatan Muslikhudin, mengatakan, ide ikrak kesetian NKRI muncul dari kawula muda NU yang merasa perlu untuk membentengi kader-kader muda dari paham radikalisme.
“Paham radikalisme dinilai sangat bahaya, bukan bagi negara tetapi bagi setiap individu. Oleh karenanya, para kader muda NU harus bentengi untuk menangkal paham radikalisme,” katanya.
Usal pembacaan ikrar kesetiaan NKRI, dilanjutkan diskusi yang mengangkat tema Penguatan Aswaja untuk Menangkal Radikalisme demi Keutuhan NKRI. Diskusi ini menghadirkan pembicara dari Pimpinan Pusat (PP) Fatayat, Siti Mukaromah dan Dosen Ilmu Politik FISIP Unsoed Purwokerto, Lutfi Makhasin.
Pada diskusi tersebut, Lutfi Makhasin menjelaskan, radikalisme awalnya netral namun kemudian dipahami sebagai sikap, pandangan atau perilaku yang tidak menerima kondisi yang ada dan ingin mengubahnya dengan cara yang cepat tanpa mengindahkan etika.
Luthfi menyebutkan, ada tiga jenis radikalisme yang patut dipahami dan diwaspadai oleh GMNU, yaitu radikalisme keagamaan, radikalisme politik dan radikalisme dari sisi sikap dan tindakan kekerasan dengan serta merta.
“Semua radikalisme ini harus diketahui dan diwaspadai sehingga warga bisa mengantisipasinya agar tidak berkembang dan merugikan bangsa dan NKRI,” katanya.
Selain itu, radikalisme dengan basis kekerasan juga tidak boleh ditoleransi karena memang sangat merugikan orang lain, bangsa dan negara. Contoh terorisme.
Ia minta GMNU untuk selektif mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan dari dunia maya. Apalagi saat ini tidak sedikit pegiat radikalisme menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menyebarluaskan paham radikalisme.
Dikatakan, paham Ahli Sunnah Wal’jamaah (Aswaja) yang mengedepankan otentifikasi ilmu dengan sanad (jalur) guru yang jelas harus terus dipertahankan. NU adalah gerakan Islam Nusantara yang telah menjadi bagian pendiri dan pertahanan NKRI sejak dulu hingga sekarang. (Miftah Ahmad)