Kabardesa.com, Jombang – Kerajinan dari tanah liat sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bagian dari sejarah dan budaya. Salah satu kerajinan tersebut adalah gerabah. Gerabah terbuat dari tanah liat bakaran rendah dengan teknik pembentukan yang sederhana. Oleh karena itu gerabah sering disebut dengan keramik rakyat.
Di Desa Tondowulan, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, aktivitas pembuatan gerabah telah berjalan turun temurun. Khususnya di Dusun Mambang hampir setiap rumah memproduksi gerabah seperti cobek, pot bunga, kendi dan lain sebagainya.
Ada sekitar 20 orang yang menjadi pengrajin gerabah di dusun ini. Banyaknya produksi gerabah menjadikan Desa Tondowulan sebagai desa penghasil gerabah di Kabupaten Jombang. Usaha gerabah di Dusun Mambang masih berskala mikro karena semua merupakan usaha rumahan.
Seiring berkembangnya zaman, usaha gerabah mulai ditinggalkan oleh para generasi muda. Hal ini dikarenakan pendapatan dari usaha gerabah tidak seberapa, selain itu minat para pemuda juga rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan suatu dorongan dan motivasi kepada masyarakat baik para pengrajin gerabah maupun generasi muda yang bertujuan agar usaha gerabah di desa ini tidak tergerus oleh perubahan zaman.
Mahasiswa KKN Universitas Negeri Malang yang sedang melakukan pengabdian di Desa Tondowulan berinisiatif untuk mengembangkan kembali usaha gerabah yang sudah ada.
Dengan mengundang para pengrajin gerabah dan karang taruna desa, para mahasiswa mengadakan workshop kewirausahaan. Workshop ini berisi pelatihan pengecatan dan pengemasan untuk souvenir dari gerabah. Biasanya masyarakat membuat gerabah hanya sebatas untuk keperluan rumah tangga. Padahal di zaman sekarang gerabah juga bisa dibentuk menjadi barang-barang yang kecil dan unik seperti pot mini untuk souvenir.
Acara workshop dilaksanakan pada hari Minggu (1/7) di balai desa. Para pengrajin sangat antusias mengikuti acara tersebut. Hal ini terbukti ketika proses pelatihan pengecatan dan pengemasan berlangsung, mereka memperhatikan dengan seksama. Pengecatan dilakukan dengan mengecat gerabah terlebih dahulu dengan warna dasar putih, kemudian para peserta diminta untuk memberikan warna lain dan memberikan corak yang sesuai dengan keinginan mereka.
Hasilnya, gerabah yang awalnya polos menjadi berwarna-warni dengan beraneka macam gambar. Hal ini menjadikan gerabah terlihat lebih unik dan menarik.
Setelah proses pengecatan, dilanjutkan dengan pengemasan. Gerabah yang sudah siap dikemas di dalam mika yang berbentuk kotak dan diberi hiasan bunga serta label. Masyarakat terlihat sangat puas dengan hasil kerjanya. Beberapa peserta mulai bertanya kepada para mahasiswa tentang tempat dijualnya bahan-bahan untuk pengemas seperti mika.
Acara berakhir pukul 12.30 WIB dengan pengumuman peserta yang berhasil menghias gerabah menjadi unik dan menarik.
Dengan diadakannya acara ini diharapkan para pengrajin gerabah dapat termotivasi dan mampu berinovasi. Usaha gerabah di desa tondowulan sangat disayangkan jika harus gulung tikar. Pasokan bahan baku tanah yang terus berkurang, kemampuan sumber daya manusia yang terbatas, serta minat para generasi muda yang rendah membuat usaha gerabah memiliki tantangan sendiri agar tetap bertahan. Diperlukan motivasi, inovasi dan pelatihan yang berkelanjutan terhadap masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pengrajin gerabah.